Jelaskan Kehidupan budaya Kerajaan Kutai

Dalam kehidupan budaya Kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan yang disebut Vratyastoma. Pada masa Mulawarman upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh pendeta Brahmana dari orang Indonesia asli. Adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia membuktikan bahwa kemampuan intelektualnya tinggi.

Pada salah satu yupa yang ditemukan di kawasan kerajaan Kutai, didapat sebuah informasi yang menyebutkan bahwa cikal bakal dari lahirnya kerajaan kutai adalah berkat seseorang yang bernama Kudungga lalu diteruskan oleh generasi selanjutnya yaitu Aswawarman. Kemudian pengganti dari Aswawarman adalah salah seorang dari 3 putranya yaitu Mulawarman. Pada era Mulawarman inilah Kerajaan Kutai mencapai masa kejayaannya. Ketika itu daerah teritorial Kutai diperluas lagi dan rakyatnya pun menjadi sejahtera.

Bukti lain yang memaparkan kejayaan bisa dilihat dari kegiatan ekonomi. Di dalam salah satu Yupa tersebut telah disebutkan bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan sebuah upacara korban emas dengan jumlah yang sangat banyak. Kemajuan dari Kerajaan Kutai ini juga terlihat dengan munculnya para golongan terdidik.

Mereka semua terdiri dari para golongan ksatria dan brahmana yang diprediksi telah bepergian jauh sampai ke India atau menuju pusat-pusat penyebaran agama Hindu yang berada di kawasan Asia Tenggara. Kaum tersebut mendapatkan perilaku atau kedudukan yang begitu terhormat di dalam sistem pemerintahan Kerajaan Kutai.

Walaupun Kerajaan Kutai lokasinya tidak terletak di dalam sebuah jalur perdagangan internasional, tetapi kerajaan ini telah memiliki hubungan perdagangan dengan negara India yang sudah berkembang dari sejak awal berdirinya Kerajaan kutai.

Pada masa tersebut pengaruh agama Hindu dan Buddha sudah mulai tersebar ke seluruh daerah Nusantara. Salah satu dari sekian banyak bukti yang menerangkan bahwa Kerajaan Kutai telah dipengaruhi oleh agama Hindu dan Buddha adalah dari beberapa peninggalan dan bahasa yang telah dipakai yaitu Bahasa Sansekerta.

Sebagaimana kita tahu, Bahasa Sansekerta adalah bahasa asli agama Hindu. Aksara atau bentuk dari hurufnya dinamakan dengan Huruf Pallawa yaitu huruf yang digunakan di daerah Hindu di Asia Selatan seperti India sekitar tahun 400 masehi. Dengan menilik dari bentuk huruf dari prasasti yang telah diteliti, maka para ahli sejarah menyatakan bahwa yupa itu dibuat pada sekitar abad ke-5 masehi. Jadi dapat kita simpulkan bahwa Kerajaan Kutai adalah Kerajaan berbasis agama hindu pertama dan tertua yang ada di Indonesia.

Adapun mata pencaharian utama masyarakat kerajaan kutai adalah beternak sapi. Selain itu ada juga pekerjaan lain seperti bercocok tanam dan berdagang. Kondisi Kerajaan yang berada di tepian sungai Mahakam yang menjadikan tanah di daerah tersebut sangat subur untuk bercocok tanam.

Kerajaan Kutai yang berada di pinggir sungai mendorong warganya untuk bekerja di bidang pertanian. Selain di bidang pertanian, mereka kemudian banyak menjalankan kegiatan perdagangan. Bahkan diperkirakan telah terjadi hubungan dagang ke beberapa daerah yang berada di luar negeri seperti China dan India setelah berlayar melalui Selat Makassar.

Didalam pelayarannya tersebut kemungkinkan para pedagang dari berbagai negara tersebut akan singgah terlebih dahulu di daerah Kutai untuk menjalankan transaksi penjualan dan pembelian barang sekaligus menyiapkan beberapa perbekalan untuk pelayaran yang sangat jauh. Hal inilah yang membuat Kerajaan Kutai semakin sejahtera dan rakyat hidup makmur.

Di dalam sebuah sejarah zaman dahulu disebutkan jika Kerajaan Hindu tertua di Indonesia yakni Kerajaan Kutai runtuh pada saat seorang raja terakhir dari Kerajaan Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dibunuh di tangan Raja dari kerajaan Kutai Kartanegara ke-13 yang bernama Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Setelah itu Kerajaan Kutai Kartanegara berevolusi menjadi sebuah Kerajaan Islam yang diberi nama Kesultanan Kutai Kartanegara.

Kehidupan Politik

Kehidupan politik yang ada pada kerajaan Kutai ini memiliki turun temurun, artinya kepemimpinan akan terus berlanjut kepada anak, cucu hingga cicitnya. Sistem pemerintahan sendiri sudah ada dan sudah dijalankan sejak kepemimpinan Aswawarman.

Meskipun begitu pemerintahan masih di atasi oleh orang-orang hindu yang berasal dan di datangkan langsung dari India. Walau begitu sistemnya pun berjalan dengan teratur dan sistematis, karena pada masa Aswawarman kerajaan Kutai menjadi bangkit dan mulai di kenal oleh banyak kerajaan lainnya.

Kehidupan Sosial-Ekonomi, Budaya dan Agama

Melihat bahwa letak Kerajaan Kutai pada jalur perdagangan dan pelayaran antara Barat dan Timur, maka aktivitas perdagangan menjadi mata pencaharian yang utama. Rakyat Kutai sudah aktif terlibat dalam perdagangan internasional, dan tentu saja mereka berdagang pula sampai ke perairan Laut Jawa dan Indonesia Timur untuk mencari barang-barang dagangan yang laku di pasaran Internasional.

Peradaban kehidupan yang bernuansa India, dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Sansekerta dan dijadikan bahasa resmi untuk permasalahan agama. Terdapat beberapa golongan yang ada pada kerajaan Kutai.

Diantaranya adalah golongan Brahmana dan Ksatria. Dimana golongan Ksatria adalah mereka yang ada hubungan kekerabatan atau orang yang dekat dengan raja. Ada golongan lain yang dimana golongan ini tidak terpengaruh akan budaya dan tradisi India.

Yaitu adalah Kutai Purba yang masih memegang erat pada agama nenek moyang mereka. Raja mulawarman sendiri memiliki agama Siwa yang mempercayai akan keberadaan 3 Dewa Besar, yaitu, Brahma, Wisnu dan Siwa.

Dalam hal kebudayaan sendiri ditemukan dalam salah satu prasasti Yupa menyebutkan suatu tempat suci dengan nama “Wapakeswara” (tempat pemujaan Dewa Siwa). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kutai memeluk agama Siwa.

Peninggalan Kerajaan Kutai

Prasasti Yupa

Prasasti Yupa merupakan salah satu bukti sejarah Kerajaan Kutai yang paling tua. Dari prasasti inilah diketahui tentang adanya Kerajaan Kutai di Kalimantan. Di dalam prasasti ini terdapat tulisan-tulisan yang menggunakan bahasa Sansekerta dan juga aksara/huruf Pallawa. Isi dari Prasasti Yupa mengungkapkan sejarah dari Kerajaan Hindu yang berada di Muara Kaman, di hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Secara garis besar prasasti tersebut menceritakan tentang kehidupan politik, sosial dan budaya Kerajaan Kutai.

Ketopong Sultan

Ketopong adalah mahkota yang biasa dipakai oleh Sultan Kerajaan Kutai yang terbuat dari emas. Ketopong ini memiliki berat 1,98 kg dan saat ini masih tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Benda bersejarah yang satu ini ditemukan di Mura Kaman, Kutai Kartanegara pada tahun 1890. Sedangkan yang dipajang di Museum Mulawarman merupakan ketopong tiruan.

Kalung Ciwa

Peninggalan sejarah berikutnya adalah Kalung Ciwa yang ditemukan oleh pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Kalung ini ditemukan oleh seorang penduduk di sekitar Danau Lipan Muara Kaman pada tahun 1890. Saat ini Kalung Ciwa masih digunakan sebagai perhiasan oleh sultan dan hanya dipakai ketika ada pesta penobatan sultan baru.

Kura-kura Emas

Bukti sejarah Kerajaan Kutai yang satu ini cukup unik, karena berwujud kura-kura emas. Benda bersejarah ini saat ini berada di Museum Mulawarman. Benda yang memiliki ukuran sebesar kepalan tangan ini ditemukan di daerah Long Lalang, daerah

yang berada di hulu Sungai Mahakam. Dari riwayat yang diketahui benda ini merupakan persembahan dari seorang pangeran dari Kerajaan China untuk Putri Raja Kutai, Aji Bidara Putih. Kura-kura emas ini merupakan bukti dari pangeran tersebut untuk mempersunting sang putri.

Pedang Sultan Kutai

Pedang Sultan Kutai terbuat dari emat padat. Pada gagang pedang terdapat ukiran gambar seekor harimau yang siap untuk menerkam mangsanya. Sedang pada bagian ujung pedang terdapat hiasan seekor buaya. Untuk melihat benda ini kamu harus berkunjung ke Museum Nasional di Jakarta.

Keris Bukit Kang

Kerins Bukit Kang merupakan keris yang digunakan oleh Permaisuri Aji Putri Karang Melenu, permaisuri Raja Kutai Kartanegara yang pertama. Berdasarkan cerita dari masyarakat menyebutkan bahwa putri ini merupakan putri yang ditemukan dalam sebuah gong yang hanyut di atas bambu. Di dalam gong tersebut terdapat bayi perempuan, telur ayam dan sebuah kering. Kering ini diyakini sebagai Keris Bukit Kang.

Singgasana Sultan

Singgasana Sultan adalah salah satu peninggalan sejarah Kerajaan Kutai yang masih terjaga sampai saat ini. Benda ini diletakan di Museum Mulawarman. Pada zaman dahulu Singgasana ini digunakan oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman serta raja-raja Kutai sebelumnya. Singgasana Sultan ini dilengkapi dengan payung serta umbul-umbul serta peraduan pengantin Kutai Keraton.

Dalam kehidupan budaya Kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan yang disebut Vratyastoma. Pada masa Mulawarman upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh pendeta Brahmana dari orang Indonesia asli. Adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia membuktikan bahwa kemampuan intelektualnya tinggi.

Scroll to Top