Perbedaan antara Makroevolusi dan Mikroevolusi

Mikroevolusi dan makroevolusi adalah dua istilah yang menggambarkan dua skala dari perubahan evolusioner dalam organisme. Mikroevolusi mengacu pada perubahan skala kecil, khususnya di tingkat gen yang menyebabkan evolusi spesies. Di sisi lain, makroevolusi mengacu pada perubahan yang terjadi di atas permukaan spesies yang berkontribusi pada proses evolusi dalam skala besar. Hal ini dapat dianggap sebagai perbedaan utama antara mikroevolusi dan makroevolusi.

Perbedaan Makroevolusi dan Mikroevolusi adalah:

  1. mikroevolusi mengacu pada perubahan yang terlihat dalam populasi spesies yang sama selama periode waktu
  2. makroevolusi adalah apa evolusi seperti yang dijelaskan oleh teori evolusi Darwin
  3. makroevolusi menjelaskan bagaimana reptil berubah menjadi burung kemudian primata yang lebih rendah ke yang lebih tinggi dan kemudian makhluk yang akhirnya manusia
  4. Istilah jarang digunakan oleh para ilmuwan karena nama buruk yang diciptakan oleh pengguna kreasionis yang nyaman sependapat dengan mikroevolusi sementara tidak setuju dengan makroevolusi.
  5. Para ilmuwan melihat ada perbedaan nyata antara mikroevolusi dan makroevolusi dan menganggap mikroevolusi sebagai suatu jenis evolusi.

Apa yang dimaksud Makroevolusi

Makroevolusi adalah perubahan evolusi yang dapat mengakibatkan perubahan dalam skala besar. Perubahan yang menyebabkan perbedaan yang lebih besar dan nyata diantara golongan taksonomi diatas spesies. Hal ini timbul dari serangkaian panjang kejadian spesies yang masing-masing membawa spesies keturunan makin jauh dari bentuk leluhur asli.

Makroevolusi adalah asal usul kelompok-kelompok organisme baru, seperti mamalia atau tumbuhan berbunga, melalui serangkaian peristiwa spesiasi. Spesiasi adalah sebuah proses evolusi munculnya spesies baru. Spesiasi dapat diawali denga perbedaan-perbedaan yang tampak kecil, misalnya warna pada punggung ikan cichlid.

Akan tetapi, ketika spesiasi terjadi lagi dan lagi, perbedaan-peredaan semacam itu terakumulasi dan  menjadi semakin menonjol. Akhirnya, terjadilah pembentukan kelompok organisme baru yang sangat berbeda dari nenek moyang mereka (seperti pada kemunculan paus dari mamalia penghuni darat).

Lebih lanjut, ketika satu kelompok organisme meningkat ukurannya dengan menghasilkan banyak spesies baru, kelompok organisme lain mungkin menciut, karena spesies anggotanya punah. Efek kumulatif dari banyak peristiwa spesiasi dan kepunahan semacam itu telah membantu membentuk perubahan evolusioner besar yang terdokuentasi dalam catatan fosil.

Contoh-contoh yang spesifik dari perubahan  makroevolusioner mencakup asal mula proses-proses biokimiawi penting seperti fotosintesis, kemunculan vertebrata darat pertama, dan dampak jangka panjang dari kepunahan massal terhadap keanekaragaman kehidupan. Jika dipertimbangaknan sekaligus, perubahan semacam itu menyajikan pandangan yang agung tentang sejarah kehidupan di bumi.

Makroevolusi berfokus pada pembentukan kelompok taksonomik dari  tingkat spesies atas,  walaupun banyak mekanisme yang sama yang terlibat dalam spesiasi bekerja juga dalam  makroevolusi,  rentang waktu yang diperlukan jauh lebih besar.

4 aspek makroevolusi adalah:

  • Perubahan filetik, Perubahan bertahap pada satu garis keturunan sehingga pada akhirnya  keturunannya sangat berbeda dengan nenek moyangnya. Anagenisis dapat disamakan dengan seleksi terarah  dalam jangka waktu yang lama
  • Pembentukan struktur, Struktur yang baru dan berbeda secara radikal, misalnya mata vertebrata dan sayap burung
  • Radiasi adaptif, Kelompok-kelompok yang besar semacam tumbuhan berbunga atau eukariota
  • Kepunahan massal, Misalnya yang terjadi pada dinosaurus di masa kretisium

Sifat makroevolusi

Perubahan evolusi jangka panjang dapat berlangsung dengan berbagai cara. Suatu spesies yang hidup dalam lingkungan yang sedang berubah dapat mengalami seleksi yang secara perlahan-lahan menggeser nilai rata-rata dan kisaran variasi spesies tersebut kearah gradien lingkungan. Hal ini disebut spesiasi filetik.

Populasi pada awal dan akhir urutan ini cukup berbeda sehingga ahli biologi, dibenarkan mengangapnya sebagai spesies yang berlainan, meskipun menarik garis pemisah antara spesies tersebut merupakan masalah, kerana generasi tersebut tumpang tindih dalam morfologi dan mungkin juga dalam reproduksi jadi spesies filetik tidak sama dengan spesies di atas, dimana divergensi terjadi agak cepat pada populasi kecil yang semiterisolasi oleh perkembangan isolasi reproduksi.

Analisis dari kelompok yang tercatat dengan baik dalam laporan fosil menggambarkan bahwa spesies baru timbul agak lebih cepat (secara geologi) daripada jika dengan cara spesiasi normal. Sekali terbentuk spesies baru, maka spesies tersebut tetap tidak berubah selama jutaan tahun dan kemudian seringkali menjadi punah. Sebelum punah, spesies turunan bercabang-cabang ke arah yang berbeda-beda.

Pola spesies yang timbul dan tengggelam tiba-tiba ini disebut ekuilibria yang tepat. Arah kemana percabangan ini diutamakan atau dimana terjadi kepunahan ditentukan oleh keberhasilan adaptasi pada lingkungan atau oleh faktor yang mempengaruhi laju spesiasi, yang tidak semunya adaptif; tekanan mutasi; pola distribusi; cara reproduksi yang mempengaruhi mudahnya suatu spesies terpecah menjadi kelompok-kelompok kecil yang semiterisolasi; kesuburan dsb.

Baik spesiasi filetik maupun spesiasi diversifikasi diatas menggambarkan perubahan genetik kecil dan relatif lambat (secara geologi) dan mungkin juga perubahan morfologi. Tetapi kadang-kadang terjadi perubahan morfologi yang agak cepat dan tiba-tiba di dalam sejarah kehidupan. Vertebrata berkembang relatif cepat dari suatu moyang kordata tingkat rendah yang mungkin berkerabat dengan tunikata atau sejenis asidia.

Suatu mekanisme yang dapat menjelaskan pergeseran morfologi yang besar dab cepat dengan perubahan genetik yang minimum adalah perubahan dalam gen pengatur; sedemikian rupa sehingga laju perkembangan embriologi dari tubuh digeser ke laju perkembanagan seksual. Suatu organisme menjadi dewasa kelamin, sedangkan morfologinya masih merupakan embrio atau larva dan gagal untuk menyelesaikan genetik.

Fenomena ini disebut paedomorfosi. Paedomorfosis dapat disebabkan oleh suatu percepatan perkembangan seksual terhadap perkembangan somatiknya (disebut progenesis) atau perlambatan perkembangan somatik terhadap perkembangan seksualnya (neoteni). Pedomorfosis merupakan cara mengeliminasi ciri-ciri dewasa (dalam hal ini ciri-ciri yang berkaitan dengan dewasa yang sesil dan membuka jalan baru evolusi (meningkatkan mobilitas dewasa).

Apa yang dimaksud Mikroevolusi

Mikroevolusi adalah  perubahan evolusi yang dapat mengakibatkan perubahan dalam skala kecil.  Mikroevolusi ini hanya mengarah kepada terjadinya perubahan pada frekuensi gen atau kromosom. Ia juga disebut sebagai “perubahan di bawah tingkat spesies”.

Mikroevolusi sebagai perubahan frekuensi alel dalam suatu populasi dari generasi ke generasi. Seleksi alam bukanlah satu-satunya penyebab mikroevolusi. Sebenarnya ada tiga mekanisme utama yang dapat menyebabkan perubahan frekuensi alel: seleksi alam, hanyutan genetik (kejadian kebetulan yang mengubah frekuensi alel), dan aliran gen (transfer alel di antara populasi-populasi).

Setiap mekanisme tersebut memiliki efek yang bereda pada komposisi genetik populasi. Akan tetapi hanya seleksi alam-lah yang secara konsisten meningkatkan kecocokan antara organism dan lingkungannya.

Mikroevolusi dapat dikontraskan dengan makroevolusi, yang merupakan peristiwa terjadinya perubahan skala besar pada frekuensi gen dalam suatu populasi selama periode geologis yang panjang. Perbedaan ini pada dasarnya hanya berbeda pada pendekatan yang dilakukan saja. Mikroevolusi bersifat reduksionis, sedangkan makroevolusi bersifat holistik.

Scroll to Top